KETIKA bicara soal hubungan romantis, apakah Anda pernah membuat keputusan yang kemudian disesali? Nyatanya, Anda tidak sendirian.
Sebuah studi baru oleh Neal Roese, profesor pemasaran dari Kellogg School of Management, menemukan bahwa cerita roman merupakan alasan paling umum bagi penyesalan hidup seseorang. Sumber-sumber penyesalan lainnya, termasuk interaksi keluarga, pendidikan, karier, keuangan, dan orangtua.
Untuk mendapat kesimpulan penelitian, Neal dan Mike Morrison dari University of Illinois menganalisis data dari 370 orang dewasa Amerika lewat survei telepon. Para partisipan diminta untuk menggambarkan satu penyesalan secara rinci, termasuk kapan waktunya dan apakah penyesalan tersebut berdasarkan tindakan tertentu atau tidak bertindak sama sekali.
"Kami menemukan bahwa keadaan hidup seseorang, seperti prestasi atau kekurangan, menyuntikkan bahan bakar yang cukup ke dalam api penyesalan," kata Neal.
"Meskipun menyesal terasa menyakitkan, ini adalah suatu komponen penting dari pengalaman manusia," tukasnya, seperti dilansir dari Galtime, Senin (28/3/2011).
Temuan-temuan penting dari penelitian ini meliputi:
1. Sekira 44 persen wanita dilaporkan merasakan penyesalan soal asmara dibandingkan pria yang hanya 19 persen. Wanita juga memiliki penyesalan terhadap keluarga lebih besar daripada pria.
2. Sekira 34 persen pria dilaporkan memiliki penyesalan berorientasi pada pekerjaan versus 27 persen wanita yang melaporkan penyesalan serupa. Pria juga menyesalkan pendidikan lebih besar ketimbang wanita.
3. Individu yang tidak pernah terlihat dalam suatu hubungan paling mungkin untuk memiliki penyesalan percintaan.
4. Partisipan terbagi secara merata antara mereka yang menyesalkan situasi saat tidak mengambil tindakan dengan mereka yang bertindak atas sesuatu. Mereka yang menyesal saat tidak bertindak, rasa penyesalannya cenderung bertahan lebih lama.
"Penelitian yang berfokus pada penyesalan sebelumnya dilakukan pada sampel mahasiswa, menjadikan penelitian sulit mengumpulkan informasi ke dalam populasi yang lebih luas," kata Neal.
"Penelitian ini, bagaimanapun, menawarkan tampilan yang unik dan lebih menyeluruh ke dalam psikologi penyesalan untuk lebih memahami bagaimana menyesal terhubung ke keadaan hidup dan dampaknya terhadap pengambilan keputusan," paparnya.
Penelitian bertajuk "Regrets of the Typical American: Findings from a Nationally Representative Sample” ini akan diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science edisi April 2011.
Sebuah studi baru oleh Neal Roese, profesor pemasaran dari Kellogg School of Management, menemukan bahwa cerita roman merupakan alasan paling umum bagi penyesalan hidup seseorang. Sumber-sumber penyesalan lainnya, termasuk interaksi keluarga, pendidikan, karier, keuangan, dan orangtua.
Untuk mendapat kesimpulan penelitian, Neal dan Mike Morrison dari University of Illinois menganalisis data dari 370 orang dewasa Amerika lewat survei telepon. Para partisipan diminta untuk menggambarkan satu penyesalan secara rinci, termasuk kapan waktunya dan apakah penyesalan tersebut berdasarkan tindakan tertentu atau tidak bertindak sama sekali.
"Kami menemukan bahwa keadaan hidup seseorang, seperti prestasi atau kekurangan, menyuntikkan bahan bakar yang cukup ke dalam api penyesalan," kata Neal.
"Meskipun menyesal terasa menyakitkan, ini adalah suatu komponen penting dari pengalaman manusia," tukasnya, seperti dilansir dari Galtime, Senin (28/3/2011).
Temuan-temuan penting dari penelitian ini meliputi:
1. Sekira 44 persen wanita dilaporkan merasakan penyesalan soal asmara dibandingkan pria yang hanya 19 persen. Wanita juga memiliki penyesalan terhadap keluarga lebih besar daripada pria.
2. Sekira 34 persen pria dilaporkan memiliki penyesalan berorientasi pada pekerjaan versus 27 persen wanita yang melaporkan penyesalan serupa. Pria juga menyesalkan pendidikan lebih besar ketimbang wanita.
3. Individu yang tidak pernah terlihat dalam suatu hubungan paling mungkin untuk memiliki penyesalan percintaan.
4. Partisipan terbagi secara merata antara mereka yang menyesalkan situasi saat tidak mengambil tindakan dengan mereka yang bertindak atas sesuatu. Mereka yang menyesal saat tidak bertindak, rasa penyesalannya cenderung bertahan lebih lama.
"Penelitian yang berfokus pada penyesalan sebelumnya dilakukan pada sampel mahasiswa, menjadikan penelitian sulit mengumpulkan informasi ke dalam populasi yang lebih luas," kata Neal.
"Penelitian ini, bagaimanapun, menawarkan tampilan yang unik dan lebih menyeluruh ke dalam psikologi penyesalan untuk lebih memahami bagaimana menyesal terhubung ke keadaan hidup dan dampaknya terhadap pengambilan keputusan," paparnya.
Penelitian bertajuk "Regrets of the Typical American: Findings from a Nationally Representative Sample” ini akan diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science edisi April 2011.