LAMANYA wanita dalam
menyalakan libidonya membuat acara orgasme kerap terlewatkan. Lantas,
benarkah dengan alasan tersebut membuat mereka jarang menikmati orgasme?
Orgasme menjadi sebuah titik puncak dalam agenda bercinta. Karenanya, klimaks ini pun menjadi target para pasangan ketika melakukan seksual bersamanya. Permasalahannya, perbedaan kecepatan antara wanita dan pria dalam mencapai titik tersebut sering membuahkan sisi negatif. Pasalnya, wanita yang membutuhkan waktu lebih lama dalam menyalakan libidonya berimbas pada sulitnya dia mencapai titik orgasme. Tak jarang, orgasme palsu pun menjadi pilihan, seperti diulas Idiva.
Dalam sebuah survei surat kabar di Inggris, hampir 60 persen dari 1.000 wanita yang diwawancarai antara usia 20 dan 29 tahun dinilai kehidupan seks mereka baik, bahkan sangat baik. Lantas, benarkah dengan data tersebut menandakan bahwa wanita benar-benar mencapai kepuasan?
Di satu sisi, wanita memang tahu persis apa yang mereka inginkan. Mereka tidak berpikir dua kali sebelum memberitahu pasangan tentang apa yang mereka lakukan. Dr Mahinder Watsa, konsultan di bidang kesehatan seksual mengatakan “Hampir satu dekade yang lalu, wanita jarang menikmati orgasme dengan pasangan mereka. Kalaupun mereka menikmatinya, hal tersebut tak dibaginya bersama pasangan.”
Perubahan ini dikarenakan mereka kurang berkomunikasi dengan pasangannya. “Komunikasi adalah kunci kenikmatan. Sebagai contoh, foreplay sangat penting untuk membangkitkan gairah seorang wanita. Sementara bagi pria sangat mudah libidonya menyala.”
Berbeda dengan pria, wanita membutuhkan sentuhan verbal dan non-verbal hingga dirinya siap ke sesi intercourse.
Ahuja (27), copy writer mengatakan, “Saya pikir pria lebih bertanggung jawab dengan kehidupan seksnya karena pria memberitahu ketika dia puas atau mencapai klimaks. Sementara wanita tidak pernah mengetahuinya."