Semua orang membutuhkan kehangatan dan kasih sayang dari orang lain, baik orangtua, saudara, sahabat, pasangan (kecuali anak-anak, belum membutuhkan pasangan), bahkan dari Tuhan (pada orang-orang yang religius, cinta Tuhan merupakan keutamaan tertinggi).
Erich Fromm (1900-1980) seorang ahli psikologi dan filsafat sosial yang terkenal dengan bukunyaThe Art of Loving menyatakan, cinta merupakan jawaban terhadap masalah eksistensi manusia. Hidup dapat berlanjut dengan penuh makna hanya bila manusia hidup dalam cinta. Tanpa cinta seseorang akan merasa kesepian, terpisah dari masyarakat dan alam sekitar.
Ketika memasuki masa remaja (12 atau 13 tahun), sering disebut masa pubertas, individu mengalami kematangan fisik dan organ-organ seksual, dan dalam kondisi ini mereka mulai mempertanyakan identitasnya; Who am I ?. Istilah inilah yang biasa dipakai para remaja seketika mereka sadar bahwa mereka suda beranjak remaja dan sudah mengenal dunia love.
Hormon pertumbuhan yang sebelumnya sudah aktif, pada masa ini mengalami percepatan pertumbuhan karena kematangan tersebut, dan hormon seks yang semula pasif telah menjadi aktif.
Perubahan fisik yang cepat dan aktivitas hormon seksual, tentu saja kemudian menimbulkan perubahan-perubahan psikis maupun sosial. Dengan perkembangan kognisi (kemampuan berpikir) dan emosi-emosi yang menyertai perkembangan fisik-seksual, secara psikologis remaja mulai merasakan individualitasnya, menyadari perbedaannya dari jenis kelamin lain, merasakan keterpisahan-keterasingan dari dunia kanak-kanak yang baru saja dilaluinya, namun juga masih asing dengan dunia dewasa.
Remaja yang memiliki keluarga yang hangat (penuh cinta) akan dapat melewati masa-masa sulit ini dengan relatif mudah. Sebaliknya mereka yang tidak merasakan kehangatan cinta dalam keluarga, akan memasuki kehidupan yang sulit, ketika mereka masih belum sepenuhnya mengerti kehidupan.
Erich Fromm (1900-1980) seorang ahli psikologi dan filsafat sosial yang terkenal dengan bukunyaThe Art of Loving menyatakan, cinta merupakan jawaban terhadap masalah eksistensi manusia. Hidup dapat berlanjut dengan penuh makna hanya bila manusia hidup dalam cinta. Tanpa cinta seseorang akan merasa kesepian, terpisah dari masyarakat dan alam sekitar.
Ketika memasuki masa remaja (12 atau 13 tahun), sering disebut masa pubertas, individu mengalami kematangan fisik dan organ-organ seksual, dan dalam kondisi ini mereka mulai mempertanyakan identitasnya; Who am I ?. Istilah inilah yang biasa dipakai para remaja seketika mereka sadar bahwa mereka suda beranjak remaja dan sudah mengenal dunia love.
Hormon pertumbuhan yang sebelumnya sudah aktif, pada masa ini mengalami percepatan pertumbuhan karena kematangan tersebut, dan hormon seks yang semula pasif telah menjadi aktif.
Perubahan fisik yang cepat dan aktivitas hormon seksual, tentu saja kemudian menimbulkan perubahan-perubahan psikis maupun sosial. Dengan perkembangan kognisi (kemampuan berpikir) dan emosi-emosi yang menyertai perkembangan fisik-seksual, secara psikologis remaja mulai merasakan individualitasnya, menyadari perbedaannya dari jenis kelamin lain, merasakan keterpisahan-keterasingan dari dunia kanak-kanak yang baru saja dilaluinya, namun juga masih asing dengan dunia dewasa.
Remaja yang memiliki keluarga yang hangat (penuh cinta) akan dapat melewati masa-masa sulit ini dengan relatif mudah. Sebaliknya mereka yang tidak merasakan kehangatan cinta dalam keluarga, akan memasuki kehidupan yang sulit, ketika mereka masih belum sepenuhnya mengerti kehidupan.