Ontologi Ilmu Pengetahuan
Sub BAB III
A.Landasan penelaahan ilmu pengetahuan
Landasan pokok dalam penelaahan ilmu pengetahuan bertumpu pada tiga cabang filsafat yaitu ontologi, epistomologi dan aksiologi. Landasan ontologi berkaitan dengan pemahaman seseorang tentang kenyataan, landasan epistomologi memberikan pemahaman tentang sumber dan sarana pengetahuan manusia dan aksiologi yang memberikan suatu pemahaman tentang nilai hubungan kualitas objek dengan subjek (ilmuan).
1.Ontologi
Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh. Penyelidikannya meliputi gejala pertanyaan dan penelitian lainnya yang lebih bersifat bagian. Ontologi berusaha memahami keseluruhan kenyataan, segala sesuatu yang mengada segenapnya.
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia.
Dalam kaitannya dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup, maka dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia, merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan.
2.Epistemologi
Epistemologis adalah cabang filsafat yang membahas tentang asal mula, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan epistemologi mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya pengetahuan yang berupa ilmu.
Dalam kaitannya dengan moral atau nilai-nilai hidup manusia, dalam proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.
Membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
Epistimologi suatu teori pengetahuan.
Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses metode keilmuan, dan sah disebut keilmuan.
Hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan dengan sifat terbuka, dan menjunjung tinggi kebenaran di atas segala-galanya.
Kattsoff (1986) mengemukakan bahwa masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Secara garis besar ada tiga aliran dalam bidang epistemologi, yaitu:
a.Rasionalisme
b.Empirisme
c.Kritisme(RasionalimeKritis)
3.Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk itu ilmu yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi ras, ideologi, atau agama.
Membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya.
Analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu penegtahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran hidup manusia.
Ilmu bersifat netral
Tidak mengenal sifat baik atau buruk.
Netralitas ilmu terletak pada epistimologi.
Secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai baik, buruk.
Ilmuwan yang harus menentukan sika
B.Sejarah ilmu pengetahuan
Dalam dunia islam,ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al-Quran dan bimbingan Nabi Muhammad SAW.mengenai wahyu tersebut.Al-‘ilm itu sendiri terkenal sebagai sifat utama Allah SWT. Dalam bentuk kata yang berbeda,Allah SWT disebut juga sebagai Al-‘alim dan ‘alim,yang artinya: yang menetahui atau” yang maha tahu”. Ilmu adalah salah satu dari sifat utama AllahSWT dan merupakan satu-satunya kata yang Komprehensif serta bisa digunakan untuk menerangkan pengetahan Allah SWT.
Keterangan tafsir sering kali ditekankan sehubungan dengan kelima ayat Al-Quran yang paling pertama diwahyukan (QS.96:1-5), antara lain bahwa ajaran islam sejak awal meletakkan semangat keilmuan pada posisi yang amat penting.banyaknya ayat Al-Quan dan hadits Nabi SAW tentang ilmu antara lain memberi kesan bahwa tujuan utama hidup ini ialah memperoleh ilmu tersebut.
Dalam hubungan ini, sebagian ahli menerang kan perkembangan ilmu dalam Islam dengan melihat cara pendekatan yang ditempuh kaum muslimin terhadap wahyu dalam menghadapi suatu situasi di mana mereka hidup, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut pendekatan ini, ge nerasi pada masa Nabi Muhammad SAW telah menangkap semangat ilmu yang diajarkan oleh Islam yang disampaikan oleh Nabi SAW tetapi se mangat itu baru menampakkan dampak yang amat luas setelah Nabi SAW wafat. Hadirnya Nabi SAW di tengah-tengah kaum muslimin pada generasi pertama sebagai pimpinan dan tokoh sentral menyebabkan semua situasi dan persoalan-persoalan yang muncul dipulangkan kepada dan diselesaikan oleh Nabi SAW.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.Landasan ontologi berkaitan dengan pemahaman seseorang tentang kenyataan.Landasan epistomologi memberikan pemahaman tentang sumber dan sarana pengetahuan manusia. Aksiologi yang memberikan suatu pemahaman tentang nilai hubungan kualitas objek dengan subjek (ilmuan).
2.Dalam dunia islam,ilmu bermula dari keinginan manusia untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al-Quran dan bimbingan Nabi Muhammad SAW.
3.Ilmu adalah salah satu dari sifat utama AllahSWT dan merupakan satu-satunya kata yang Komprehensif serta bisa digunakan untuk menerangkan pengetahan Allah SWT.
4.Pada mulanya, suatu karya diterjemahkan dan dipelajari karena alasan praktis, Akan tetapi, motif awal dipelajarinya ilmu-ilmu ter sebut ternyata pada perkembangan selanjutnya mengalami pertumbuhan sedemikian rupa, sehing ga tidak lagi terbatas untuk keperluan-keperluan praktis dan ibadah tetapi juga untuk keperluan yang lebih luas.
Besarnya pengaruh bidang keilmuan yang ditinggalkan kaum ilmuwan muslim pada abad-abad yang lampau tidak hanya tampak pada banyaknya nama-nama pakar muslim yang disebut dan ditulis dalam bahasa Eropa, tetapi juga pada pengakuan yang diberikan oleh dan dari berbagai kalangan ilmuwan. Zaman Kebangkitan atau Zaman Renaisans di Eropa, yang di zaman kita telah melahirkan ilmu pengetahuan yang canggih, tidak lahir tanpa andil yang sangat besar dari pemikiran dan khazanah ilmu dari ilmuwan muslim pada masa itu.
Ontologi Ilmu Pengetahuan III
Jumat, 11 Juni 2010
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)