Entri Populer

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Rabu, 23 Juni 2010

BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.

Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.

Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai 1) penganut kebudayaan, 2) pembawa kebudayaan, 3) manipulator kebudayaan, dan 4) pencipta kebudayaan.

Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.

Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan?
  2. Pengaruh Budaya Pada Lingkungan?
  3. Proses dan Perkembangan Kebudayaan?
  4. Problematika Kebudayaan?
  5. Perubahan Kebudayaan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini.  Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku.            Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan  manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia  menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai
  1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
  2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
  3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
  4. Pembeda manusia dan binatang
  5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
  6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
  7. Sebagai modal dasar pembangunan.
2.2 Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatulingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
  1. Phisical Environment yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora, fauna, iklim dan sebagainya.
  2. Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisanya seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai.
  3. Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
  4. Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
  5. Out Carries Produc, Meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

2.3 Proses Dan Perkembangan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melaui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalamhal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Suatu kelompok dalam kelompok sosialbisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalah artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat bertolak belakang dengan budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di masyarakat. Sekali lagi yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.

2.4 Problematika Kebudayaan
Seiring dengan perkembangannya, kebudayaan juga mengalami beberapa problematika atau masalah masalah yang cukup jelas yaitu :
  1. Hambatan budaya yang ada kaitannya dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
  2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan sudut pandang atau persepsi.
  3. hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
  4. Masyarakat terpencil atau terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat lainnya.
  5. Sikap Tradisionalisme yang berprasangaka buruk terhadap hal-hal yang baru
  6. Mengagung-agungkan kebudayaan suku bangsanya sendiri dan melecehkan budaya suku bangsa lainnya atau lebih dikenal dengan paham Etnosentrisme.
  7. Perkembangan Iptek sebagai hasil dari kebudayaan.
2.5 Perubahan Kebudayaan
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Adalima penyebab terjadi perubahan kebudayaan yaitu:
  1. Perubahan lingkungan alam
  2. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan kelompok lain
  3. Perubahan karena adanya penemuan (discovery)
  4. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
  5. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsisuatu pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.
Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusian, bukan sebaliknya yaitu yang akan memusnakan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan akan terus berhadapan dengan problematika kebudayaan. Salah satu yang harus diperhatikan yaitu bagaimana kita menyikapi perubahan dan perkembangan kebudayaan. Kebudayaan akan terus mengalami perubahan selama manusia hidup dimuka bumi ini karena kebudayaan bersifat dinamis. Dan yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita menyikapi dan memilah milah kebudayaan asing yang masuk dan mengintervensi kebudayaan asli yang kita kita miliki.

3.2 Saran
Sebagai bangsa yang besar dan memiliki keanekaragaman budayasudah sepantasnya kita menjaga dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Disamping itu kita juga harus membudayakan rasa bangga atas kebudayaan yang kita miliki dan tidak malu untuk memakainya.

Mengganti icon/Gambar Address bar pada Blog

Sabtu, 19 Juni 2010

Hai kawan-kawan Blogger???
kita sering sekali, dan bahkan banyak sekali kita melihat blogger dijaringan internet, apabila kita lihat dan mengira-ngira ada ribuan juta bahkan puluhan juta blog yang ada dijaringan internet, tapi dari sekian banyak blog, mereka hanya mengisinya tanpa memperhatikan layoutnya.

Saya disini akan mencoba memberi tahu bagaimana caranya mengganti icon Address bar (pada gambar berikut)
pada sebuah blog, caranya sebagai berikut;

  1. login pada blog pastinya.
  2. eh jangan lupa icon/gambar kamu sudah tersedia atau dengan membuat gambar (gif, jpg, ico, dan lain2) dengan ukuran kira2 24x42 pixel sampai 32x32 pixel (sebenarnya ukurannya bebas sih, tapi biar filenya kecil dan proses membukanya cepat dan singset aja).
  3. masuk pada Draf blog atau dasbor blog.
  4. dan <klik> tulisan pengaturan dan <klik> Rancangan yang terdapat pada disebelah pengaturan.
  5. dan <klik> Edit HTML dibawahnya.
  6. cari tulisan </head>.
  7. masukkan tulisan ini sebelum/diatas tulisan </head> yaitu; < link href='(Alamat icon/gambar kamu)' rel='SHORTCUT ICON'/>
  8. lihat hasilnya dblog anda?
* ini beberapa gambar yang kami sediakan;
http://img87.imageshack.us/img87/5862/image1an1.gif
http://img110.imageshack.us/img110/6218/image2ie0.gif
http://img98.imageshack.us/img98/9617/image3cr0.gif
http://img134.imageshack.us/img134/633/image4hx4.gif
http://img139.imageshack.us/img139/83/image5oa7.gif
http://img509.imageshack.us/img509/6449/image6fu0.gif
http://img527.imageshack.us/img527/6543/image7go9.gif
http://img507.imageshack.us/img507/5774/image8wn8.gif
http://img150.imageshack.us/img150/5784/image9qo1.gif
http://img412.imageshack.us/img412/3808/image11pc0.gif
http://img100.imageshack.us/img100/4658/image12du2.gif
http://img132.imageshack.us/img132/4733/image13lj1.gif
http://img145.imageshack.us/img145/7793/image14zg9.gif
http://img412.imageshack.us/img412/4403/image15jc7.gif
http://img264.imageshack.us/img264/7575/image16kn8.gif


Selamat mencoba
By: iWan

Konsep Dasar Filsafat Ilmu

Jumat, 11 Juni 2010

Konsep Dasar Filsafat Ilmu

FILSAFAT
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu Philosophy, adapun istilah Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, yang terdiri atas dua kata: Philos (Cinta) atau Philia (Persahabatan, tertarik kepada) dan Shopia (Hikmah, Kebijaksanaan, Pengetahuan, Keterampilan, Pengalaman Praktis, Inteligensi). Jadi secara Etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Orang yang memahami filsafat dikenal dengan filosof. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal. Sebelum Socrates, ada sekelompok yang menyebut mereka shopist yang berarti cendekiawan. Dan kelompok ini dikenal sesat karena hujah-hujah yang keliru dalam penarikan kesimpulan mereka.
Filsafat dibagi dua yaitu:
a.Filsafat teoritis yang mencakup:
a.Ilmu pengetahuan alam
b.Eksakta dan matematika
c.Ilmu ketuhanan dan metafisika
b.Filsafat praktis yang mencakup:
a.Norma-norma
b.Urusan rumah tangga
c.Sosial politik

Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk melainkan suatu proses, dan proses inilah yang nantinya menetukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dengan demikian filsafat berubah seiring dengan bukti-bukti yang ada dan akan menapai titik tertentu apabila ilmu itu sudah bersifat mutlak.

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:
Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.
Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
Plato (427–348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Sedangkan filosof lainnya Cicero (106–043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.
Menurut Descartes (1596–1650), filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. Sedangkan Immanuel Kant (1724–1804) berpendapat filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan
Ada tiga karakteristik berfikir filsafat :
1.Sifat menyeluruh: Seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.
2.Sifat mendasar: Sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar.
3.Spekulatif: Dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya.
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles dimana Socrates adalah guru dari Plato, dan Aristoteles adalah murid dari Plato.
Ada beberapa jenis karakteristik filsafat, ini ditemtukan dimana filsafat itu berkembang, karena filsafat berkembang mengikuti kebudayaan yang ada di dalam wilayah itu. Terbagi dalam tiga bagian yaitu Barat, Timur dan Islam. Filsafat Islam lebih ditentukan oleh ketentuan-ketentuan yang ada dalam kitab sucinya, yaitu Al-Qur’an.
Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat Barat berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno, yaitu pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran logis. Jadi merka benar-benar mengutamakan akal diatas segalanya. Dan apabila suatu ilmu itu dapat disanggah dengan bukti-bukti yang tepat maka arahnya akan berubah arah menjadi suatu ilmu yang baru.
Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran timur lebih dianggap agama dibanding filsafat.

Filsafat Islam
Filsafat Islam ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filosof dari tradisi ini sebenarnya bias dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat (Yunani). Menurut Kartanegara (2006) dalam filsafat Islam ada empat aliran yakni:

1. Peripatetik (memutar atau berkeliling) merujuk kebiasaan Aristoteles yang selalu berjalan-jalan mengelilingi muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan yang kuat pada daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din Thusi (w.1274).
2. Aliran Iluminasionis (Israqi). Didirikan oleh pemikir Iran, Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Aliran ini memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif (irfani). Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan. Baginya Tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al anwar), cahaya di atas cahaya.
3. Aliran Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal maka pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
4. Aliran Hikmah Muta’aliyyah (Teosofi Transeden). Diwakili oleh seorang filosof syi’ah yakni Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal dengan nama Shadr al Din al Syirazi, Atau yang dikenal dengan Mulla Shadra yaitu seorang filosof yang berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.

Contoh Tokoh-Tokoh Filsafat
Filsafat Barat
Wittgenstein mempunyai aliran Analitik (Filsafat Analitik) yaitu aliran yang menolak setiap bentuk filsafat yang berbau ″Metafisik”.
Imanuel Kant mempunyai aliran atau filsafat ″Kritik” yang tidak mau melewati batas kemungkinan pemikiran manusiawi.
Rene Descartes, berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek.
Filsafat Timur
Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi.
Filsafat Islam
Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din Thusi (w.1274).

Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni Episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.

Proses Pencarian Ilmu (Filsafat)
Tahapan Ontologi (Hakikat Ilmu)
Mengkaji Obyek apa yang telah ditelaah ilmu, Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan, Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu.
Epistimologi (Cara Mendapatkan Pengetahuan)
Mengkaji bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu kemudian Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar serta Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu tersebut.
Aksiologi (Guna Pengetahuan)
Mengkaji Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan, Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral, Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral, Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional.
Cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar:
1. Pertama, mendasarkan diri dengan rasio.
2. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman.
3. Ketiga, Wahyu Tuhan yang tertuang dalam Al-Qur’an.

Sumber-Sumber Pengetahuan
Ada 2 cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar: pertama, mendasarkan diri dengan rasio. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan rasionalisme, dan pengalaman mengembangkan empirisme. Kaum rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dari ide yang diangapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukan ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sudah ada, jauh sebelum manusia memikirkannya (idelisme). Di samping rasionalisme dan pengalaman masih ada cara lain yakni intuisi atau wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran, bersifat personal dan tak bisa diramalkan. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.

Pengetahuan Manusia;
1.Pengetahuan Obyek Paradigma Metode Kriteria
2.Sains Empiris
3.Sains Metode
4.Ilmiah
5.Rasional empiris
6.Filsafat Abstrak
7.Rasional
8.Rasional Metode
9.Mistis Abstark
10.Suprarasional
11.Mistis Latihan
12.Percaya
13.Rasa, iman, logis, kadang empiris

Perkembangan Filsafat
1.Zaman Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris (pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi) ke dalam pemikiran yang lebih logis.

2.Zaman Islam
Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama mereka.
3.Zaman Modern
Pada zaman modern paham-paham yang muncul dalam garis besarnya adalah rasionalisme, idealisme, dan empirisme.
Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan.
Paham Idealisme mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit.
Paham Empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman.
4.Zaman Renaisans
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma.
Perkembangan Ilmu selalu dikaitkan dengan masalah moral. Menurut Kohlberg (Valazquez, 1998) menyatakan perkembangan moral individu ada 3 tahap yaitu:
Level Preconvenstional.
Level ini berkembang pada masa kanak-kanak. Dimana mereka hanya mengikuti naluri mereka dan mengabaikan nasehat dan pendapat orang lain.
Level Conventional.
Individu termotivasi untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok agar dapat diterima dalam suatu kelompok tersebut. Dengan demikian seseorang itu telah mengikuti apa yang baik dan menjauhi mana yang buruk dengan menganut apa yang ditentukan oleh kelompok mereka.
Level Postconventional.
Pada level ini orang tidak lagi menerima saja nilai-nilai dan norma-norma dari kelompoknya, melainkan melihat situasi berdasarkan prinsip-prinsip moral yang diyakininya. Dan dalam fase ini biasanya seseorang akan menentang kelompoknya dimana hal yang dia tentang adalah yang menurutnya benar padahal kelompoknya menganggapnya salah.

Sarana Ilmiah Untuk Mengembangkan Filsafat;
1.Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi Arbitrer (bermakna) yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.

2.Matematika
Matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.

3.Statistik
Statistik mengandung arti kumpulan data yang berbentuk angka-angka (Data Kuantitatif).

4.Logika
Logika merupakan sarana berpikir sistematis, valid, cepat, dan tepat serta dapat dipertanggungjawabkan.

Ontologi Ilmu Pengetahuan I

Ontologi Ilmu Pengetahuan
Sub BAB I

Filsafat ilmu pengetahuan adalah salah satu cabang filsafat yang mengangkat dbyek materi yaitu ilmu pengetahuan. Sedangkan Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang;(1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang(2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut. berarti Pengetahuan adalah proses mengetahui dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan. Sebagai salah satu bidang filsafat, masalah ini dipersoalkan secara khusus di dalam “epistomologi”,
Kata “ilmu” merupakan terjemahan dari kata “science”, yang secara etimologis berasal dari kata latin “scinre”, artinya “to know”.Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.
Menurut Prof.Drs.harsojo menyatakan bahwa ilmu itu adalah:
a.Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan
b.Suatu pendekatan atau suatu metodependekatan terhadap seluruh dunia empiris,yaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
Hakikat penyelidikan ilmu pengetahuan terdiri atas tiga aspek yaitu:
1.hakikat abstrak  penyelidikan ilmu pengetahuan menekankan pada pendekatan interdisipliner dan multidisipliner
2.hakikat potensi  penyelidikan ilmu pengetahuan menekankan pada pendekatan khusus, dari sudut pandang tertentu
3.hakikat konkret penyelidikan ilmu pengetahuan menekankan pada individualitas obyek materi

Perbedaan Antara Ilmu Pengetahuan Ilmiah dan Non Ilmiah
Persamaan dari ilmu ilmiah dan non ilmiah ialah bahwa kedua-duanya mencari kebenaran, timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk mengerti akan dirinya sendiri.
Perbedaanya ialah pengetahuan biasa (knowledge/common sense), sampai habis,tak ada tidak memandang betul sebab-sebabnya,tidak mencari rumusan yang obyektif,tidak menyelidiki obyeknya sintesis,tak bermetode dan tak bersistem.pengetahuan. ilmiah/ilmu pengetahuan(science) adalah sebaliknya yaitu mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang sebaik-baiknya,menyelidiki obyeknya sampai habis.
Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren.

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas :
1.Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif
Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris.
2.Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif
Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep
3.Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial.
filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.

Objek Ilmu Pengetahuan;
-Ilmu Alam
-Ilmu pasti
-Sosiologi
-Ilmu Hayat
-Ilmu Bumi
-Ilmu Jiwa
-Ilmu kedokteran
-Ilmu pekerjaan Sosial

Sumber Ilmu Pengetahuan;
Setelah pengetahuan itu sesuatu yang mungkin dan realistis, masalah yang dibahas dalam lliteratur-literatur epistimologi Islam adalah masalah yang berkaitan dengan sumber dan alat pengetahuan. Para filusuf Islam menyebutkan beberapa sumber dan sekaligus alat pengetahuan, yaitu :

1. Alam tabi'at atau alam fisik
Contoh yang paling konkrit dari hubungan dengan materi dengan cara yang sifatnya materi pula adalah aktivitas keseharian manusia di dunia ini, sepert makan, minum, hubungan suami istri dan lain sebagianya. Dengan demikian, alam tabi'at yang materi merupakan sumber pengetahuan yang "barangkali" paling awal dan indra merupakan alat untuk berpengetahuan yang sumbernya tabi'at.

2. Alam Akal
Kaum Rasionalis, selain alam tabi'at atau alam fisika, meyakini bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus juga sebagai alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya menjadi alat pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu saja.

3. Analogi (Tamtsil)
Termasuk alat pengetahuan manusia adalah analogi yang dalam terminologi fiqih disebut qiyas. Analogi ialah menetapkan hukum (baca; predikat) atas sesuatu dengan hukum yang telah ada pada sesuatu yang lain karena adanya kesamaan antara dua sesuatu itu.

Analogi tersusun dari beberapa unsur; (1) asal, yaitu kasus parsial yang telah diketahui hukumnya. (2) cabang, yaitu kasus parsial yang hendak diketahui hukumnya, (3) titik kesamaan antara asal dan cabang dan (4) hukum yang sudah ditetapkan atas asal.Analogi dibagi dua;
1.Analogi interpretatif : Ketika sebuah kasus yang sudah jelas hukumnya, namun tidak diketahui illatnya atau sebab penetapannya.
2.Analogi Yang Dijelaskan illatnya : Kasus yang sudah jelas hukum dan illatnya.


4. Hati dan Ilham
Tentu yang dimaksud dengan pengetahuan lewat hati disini adalah penngetahuan tentang realita inmateri eksternal, kalau yang internal seperti rasa sakit, sedih, senang, lapar, haus dan hal-hal yang iintuitif lainnya diyakini keberadaannya oleh semua orang tanpa kecuali

Ontologi Ilmu Pengetahuan II

Ontologi Ilmu Pengetahuan
Sub BAB II


A. System, Struktur dan Susunan Ilmu Pengetahuan
1.Sistem
Sistem didefinisikan oleh Ryans sebagai “any indentifiable assemblage of elements (objects, persons, activities, information records etc) which are interrelated by process or structure and which are presumed to function as an organizational entity in generating an observable (or some times merely inferable)product”.
Dari definisi itu diperoleh pengertian bahwa dalam satu sistem terdapat hal-hal atau faktor-faktor berikut:
a.Ada seperangkat atau serakit elemen tertentu (assemblage of elements).
b.Elemen-elemen itu saling berjalin secara teratur (interrelated).
c.Ada mekanisme keterjalinan antar elemen itu dan merupakan suatu kesatuan organisasi.
d.Kesatuan organisasi itu berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
e.Berfungsinya organisasi itu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dipersaksikan (generating an observable product).
2.Struktur
Dalam bahasa Inggris struktur adalah structure dan Structura yang keduanya artinya adalah bangunan susunan. Dan sebutan untuk pandangan, filsafat atau gerakan filsafatnya disebut strukturalisme. Ditinjau dari fungsinya ia juga disebut sebagai Sistem Ilmu. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik sebuah pengertian dari struktur ilmu yaitu; “Sebuah susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme pencarian sebuah kebenaran”.


3.Susunan
Perumusan masalah (berbentuk pertanyaan sebagai pegangan cari data)
Observasi (pengamatan dan pengumpulan data)
Klasifikasi data (berdasarkan jenis, kelas, sifat, ciri dll)
Perumusan pengetahuan (definisi, buat analisis dan sintesis induktif untuk memperoleh generalisasi/kesimpulan umum)
Ramalan (prediksi, menyusun implikasi logis atas gejala yang mungkin masih akan terjadi.
Verifikasi (uji kebenaran hipotesis, kalau tak benar harus diganti, data empiris.

B. Klasifikasi/ jenis Ilmu Pengetahuan dan sifat-sifatnya
1.Beberapa Pandangan Tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Chritian woleff (1679-1674)
Aguste comte (1791-1857)
Karl Raimund Popper
Thomas s. Kuhn
Jurgen Habermas
Surajiyo

C. BATAS-BATAS PENJELAJAHAN/PENGKAJIAN ILMU
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Fungsi ilmu yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu kita memerangi penyakit, membangun jembatan, irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama, sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu.

Ontologi Ilmu Pengetahuan III

Ontologi Ilmu Pengetahuan
Sub BAB III


A.Landasan penelaahan ilmu pengetahuan
Landasan pokok dalam penelaahan ilmu pengetahuan bertumpu pada tiga cabang filsafat yaitu ontologi, epistomologi dan aksiologi. Landasan ontologi berkaitan dengan pemahaman seseorang tentang kenyataan, landasan epistomologi memberikan pemahaman tentang sumber dan sarana pengetahuan manusia dan aksiologi yang memberikan suatu pemahaman tentang nilai hubungan kualitas objek dengan subjek (ilmuan).

1.Ontologi

Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh. Penyelidikannya meliputi gejala pertanyaan dan penelitian lainnya yang lebih bersifat bagian. Ontologi berusaha memahami keseluruhan kenyataan, segala sesuatu yang mengada segenapnya.
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia.
Dalam kaitannya dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup, maka dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia, merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan.

2.Epistemologi
Epistemologis adalah cabang filsafat yang membahas tentang asal mula, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan epistemologi mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya pengetahuan yang berupa ilmu.

Dalam kaitannya dengan moral atau nilai-nilai hidup manusia, dalam proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.
Membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
Epistimologi suatu teori pengetahuan.
Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses metode keilmuan, dan sah disebut keilmuan.
Hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan dengan sifat terbuka, dan menjunjung tinggi kebenaran di atas segala-galanya.

Kattsoff (1986) mengemukakan bahwa masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Secara garis besar ada tiga aliran dalam bidang epistemologi, yaitu:

a.Rasionalisme
b.Empirisme
c.Kritisme(RasionalimeKritis)
3.Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk itu ilmu yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi ras, ideologi, atau agama.
Membahas tentang manfaat yang diperoleh    manusia dari pengetahuan yang didapatkannya.
Analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu penegtahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran hidup manusia.
Ilmu bersifat netral
Tidak mengenal sifat baik atau buruk.
Netralitas ilmu terletak pada epistimologi.
Secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai baik, buruk.
Ilmuwan yang harus menentukan sika

B.Sejarah ilmu pengetahuan

Dalam dunia islam,ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al-Quran dan bimbingan Nabi Muhammad SAW.mengenai wahyu tersebut.Al-‘ilm itu sendiri terkenal sebagai sifat utama Allah SWT. Dalam bentuk kata yang berbeda,Allah SWT disebut juga sebagai Al-‘alim dan ‘alim,yang artinya: yang menetahui atau” yang maha tahu”. Ilmu adalah salah satu dari sifat utama AllahSWT dan merupakan satu-satunya kata yang Komprehensif serta bisa digunakan untuk menerangkan pengetahan Allah SWT.
Keterangan tafsir sering kali ditekankan sehubungan dengan kelima ayat Al-Quran yang paling pertama diwahyukan (QS.96:1-5), antara lain bahwa ajaran islam sejak awal meletakkan semangat keilmuan pada posisi yang amat penting.banyaknya ayat Al-Quan dan hadits Nabi SAW tentang ilmu antara lain memberi kesan bahwa tujuan utama hidup ini ialah memperoleh ilmu tersebut.
Dalam hubungan ini, sebagian ahli menerang kan perkembangan ilmu dalam Islam dengan melihat cara pendekatan yang ditempuh kaum muslimin terhadap wahyu dalam menghadapi suatu situasi di mana mereka hidup, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut pendekatan ini, ge nerasi pada masa Nabi Muhammad SAW telah menangkap semangat ilmu yang diajarkan oleh Islam yang disampaikan oleh Nabi SAW tetapi se mangat itu baru menampakkan dampak yang amat luas setelah Nabi SAW wafat. Hadirnya Nabi SAW di tengah-tengah kaum muslimin pada generasi pertama sebagai pimpinan dan tokoh sentral menyebabkan semua situasi dan persoalan-persoalan yang muncul dipulangkan kepada dan diselesaikan oleh Nabi SAW.


Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.Landasan ontologi berkaitan dengan pemahaman seseorang tentang kenyataan.Landasan epistomologi memberikan pemahaman tentang sumber dan sarana pengetahuan manusia. Aksiologi yang memberikan suatu pemahaman tentang nilai hubungan kualitas objek dengan subjek (ilmuan).
2.Dalam dunia islam,ilmu bermula dari keinginan manusia untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al-Quran dan bimbingan Nabi Muhammad SAW.
3.Ilmu adalah salah satu dari sifat utama AllahSWT dan merupakan satu-satunya kata yang Komprehensif serta bisa digunakan untuk menerangkan pengetahan Allah SWT.
4.Pada mulanya, suatu karya diterjemahkan dan dipelajari karena alasan praktis, Akan tetapi, motif awal dipelajarinya ilmu-ilmu ter sebut ternyata pada perkembangan selanjutnya mengalami pertumbuhan sedemikian rupa, sehing ga tidak lagi terbatas untuk keperluan-keperluan praktis dan ibadah tetapi juga untuk keperluan yang lebih luas.

Besarnya pengaruh bidang keilmuan yang ditinggalkan kaum ilmuwan muslim pada abad-abad yang lampau tidak hanya tampak pada banyaknya nama-nama pakar muslim yang disebut dan ditulis dalam bahasa Eropa, tetapi juga pada pengakuan yang diberikan oleh dan dari berbagai kalangan ilmuwan. Zaman Kebangkitan atau Zaman Renaisans di Eropa, yang di zaman kita telah melahirkan ilmu pengetahuan yang canggih, tidak lahir tanpa andil yang sangat besar dari pemikiran dan khazanah ilmu dari ilmuwan muslim pada masa itu.

Epistemologi Ilmu Pengetahuan I

Epistemologi Ilmu Pengetahuan
Sub BAB I


1.1. Epistemologi Ilmu Pengetahuan
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.


1.2. Pengertian dan Jenis-Jenis Metafisika Serta Hubungannya dengan Pengetahuan Ilmiah
Metafisika berasal dari kata Yunani meta ta physika, sesuatu di luar hal-hal fisik. Istilah metafisika diketemukan Andronicus pada tahun 70 SM ketika menghimpun karya-karya Aristoteles, dan menemukan suatu bidang di luar bidang fisika atau disiplin ilmu lain. Metafisika secara tradisional didefinisikan sebagai pengetahuan tentang Pengada (Being). (Runes, 1979: 196).
Metafisika diklasifikasikan menjadi 2 (C. Wolff), yaitu :
Metaphysica Generalis (ontologi); ilmu tentang yang ada atau pengada.
Metaphysica Specialis terdiri atas:
1. Antropologi; menelaah tentang hakikat manusia, terutama hubungan jiwa dan raga.
2. Kosmologi; menelaah tentang asal usul dan hakikat alam semesta.
3. Theologi; Kajian tentang Tuhan secara rasional.
Hubungan Metafisika dengan Ilmu Pengetahuan
1. Kontribusi metafisika terletak pada awal terbentuknya paradigma ilmiah, ketika kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka ia harus dipasok dari luar, antara lain: metafisika, sains yang lain, kejadian personal dan histories. (Kuhn)
2. Metafisika mengajarkan cara berpikir yang serius, terutama dalam menjawab problem yang bersifat enigmatik (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam. (Kennick)
3. Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu terbuka untuk temuan dan kreativitas baru. (Kuhn)
4. Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream, seperti: monisme, dualisme, pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa lahirnya percabangan ilmu (Kennick)
5. Metafisika menuntut orisinalitas berpikir, karena setiap metafisikus menyodorkan cara berpikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminologi filsafat yang khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk pengembangan ilmu dalam rangka menerapkan heuristika. (van Peursen)
6. Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama (First principle) sebagai kebenaran yang paling akhir. Kepastian ilmiah dalam metode skeptis Descartes hanya dapat diperoleh jika kita menggunakan metode deduksi yang bertitik tolak dari premis yg paling kuat (Cogito Ergo Sum).
7. Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir Pengada,artinya manusia memiliki kebebasan utk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggungjawab bagi diri, sesama, dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di satu pihak dan tanggung jawab di pihak lain merupakan sebuah kontribusi penting bagi pengembangan ilmu yang sarat dengan nilai (not value-free). (Bakker)
8. Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada yang satu dengan pengada yang lain. Aplikasi dalam ilmu berupa komunikasi antar ilmuwan mutlak dibutuhkan, tidak hanya antar ilmuwan sejenis, tetapi juga antar disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas keilmuwan. (Bakker).

2.3. Asumsi dan Peluang dalam Ilmu Pengetahuan
Asumsi
Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002)
Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal, antara lain; Aksioma. Pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan sendiri.Postulat. Pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya Premise. Pangkal pendapat dalam suatu entimen . Pertanyaan penting yang terkait dengan asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat? Untuk menjawab permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga karakteristik (Junjung, 2005):
1. Deterministik.
2. Pilihan Bebas
3. Probabilistik

Peluang
Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Peluang merupakan salah satu konsep yang sering kita gunakan untuk mendeskripsikan realitas di dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, aplikasinya tidaklah terbatas hanya pada percakapan keseharian tersebut, namun juga mencakup wilayah konversasi yang lebih serius dan refleksif, yaitu sains. Dengan kata lain, peluang acapkali digunakan sebagai perangkat eksplanasi ilmiah. Hal ini seolah-olah dijustifikasi oleh Carl Hempel, salah satu filsuf sains utama pada abad 20, ketika dalam karya monumentalnya, Philosophy of Natural Science, mengakui adanya dua jenis wujud hukum yang berperan di dalam eksplanasi ilmiah, yaitu hukum yang universal (laws of universal form) dan hukum yang probabilistik (laws of probabilistic form).

3.1. Simpulan
Kedudukan Metafisika dalam filsafat, kuat. Pertama metafisika sudah merupakan sebuah cabang ilmu tersendiri dalam pergulatan filosofis. Kedua seperti yang dikatakan filsafat adalah suatu ilmu yang kajiannya tidak terbatas terhadap fakta-fakta saja melainkan sampai jauh diluar fakta hingga batas kemampuan logika manusia
Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian.
Peluang merupakan salah satu konsep yang sering kita gunakan untuk mendeskripsikan realitas di dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, aplikasinya tidaklah terbatas hanya pada percakapan keseharian tersebut, namun juga mencakup wilayah konversasi yang lebih serius dan refleksif, yaitu sains.

Epistemologi Ilmu Pengetahuan II

Epistemologi Ilmu Pengetahuan
Sub BAB II


1.1 Pembagian Berpikir
Berpikir Merupakan Proses Bekerjanya Akal Imam Al Ghazali menempatkan akal pada posisi yang mulia. Dalam kitabnya Ihya Ulumuddin beliau membuat suatu sub judul : Fi Al Aqli wa Syarafihi dan mengutip sebuah hadis yang artinya sebagai berikut : "Pertama kali yang diciptakan oleh Allah SWT adalah akal.

Akal Merupakan Salah Satu Unsur Kejiwaan Di Samping Rasa. Berpikir Dapat Dilihat Secara Alamiah Dan Ilmiah.
A). Berpikir alamiah :
Pola Penalaran Berdasarkan Kebiasaan Sehari-Hari Dari Pengaruh Alam Sekelilingnya. Misalnya penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar.
B). Berpikir ilmiah :
Pola Penalaran Berdasarkan Sarana Tertentu Secara Teratur Dan Cermat. Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

1.2 Sarana Berpikir Ilmiah
1.2.1 Hakikat Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut.

Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :

a. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik.

1.2.2 Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana Ilmiah Mempunyai Fungsi Yang Khas, Sebagai Alat Bantu Untuk Mencapai Tujuan Dalam Kaitan Kegiatan Ilmiah Secara Keseluruhan. Sarana Berpikir Ilmiah Merupakan Alat Bagi Cabang-Cabang Pengetahuan. Untuk Mengembangkan Materi Pengetahuannya Pada Dasarnya Ada Tiga :

1). Bahasa Ilmiah
2). Matematika dan logika
3). Statistika

1.2 Kesalahan-Kesalahan Dalam Berfikir
Pahaman selama ini yang beredar dalam mayoritas masyarakat tentang setan yang berwajah buruk, menakutkan, yang memiliki keberadaan di luar manusia sehingga mampu mencekik leher manusia, membunuh manusia. Seperti yang dilakukan setan Sumiati, Si Manis Jembatan Ancol atau Sundal Bolong adalah merupakan pahaman yang keliru. Kita pada umumnya belum bisa membedakan mana jin dan mana setan. Dalam dunia mistik diketahui bahwa yang selama ini yang menakut-nakuti manusia yang memiliki keberadaan di luar manusia yang mampu mencelakakan manusia secaras fisik dan ruhani dengan langsung semuanya adalah kerjaan jin yang mengaku sebagai setannya ruh si A dan setannya ruh si B.

1.Over-Generalisation : Yaitu, penggunaan satu dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat umum
2.Post Hoc Ergo Proter Hoc

2.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Dengan berpikir manusia dapat memenuhi kehidupannya dengan mudah.
Sarana Berfikir Ilmiah Mempunyai Fungsi Yang Khas, Sebagai Alat Bantu Untuk Mencapai Tujuan Dalam Kaitan Kegiatan Ilmiah Secara Keseluruhan. Sarana Berpikir Ilmiah Merupakan Alat Bagi Cabang-Cabang Pengetahuan Untuk Mengembangkan Materi Pengetahuannya Pada Dasarnya Ada Tiga :
a). Bahasa Ilmiah
b). Matematika dan logika
c). Statistika

Kerangka Dasar Teori Ilmu

Kerangka Dasar Teori Ilmu

1. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru/ pengembangan pengetahuan yang telah ada. Metode berasal dari bahasa Yunani, Meta yang berarti sesudah dan hodos yang berarti jalan. Metode adalah langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang benar, yaitu sesuatu tatacara, teknik, atau jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apapun, baik pengetahaun humanistik,dan historis, ataupun pengetahuan filsafat dan ilmiah (Bakker, 1988). Van Melsen(1986) mengemukakan bahwa setiap ilmu mempunyai metode berlainan untuk menyelidiki, melukiskan, mengerti realitas.

2. Kriteria Metode Ilmiah
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
a)Berdasarkan fakta
b)Bebas dari prasangka (bias)
c)Menggunakan prinsip-prinsip analisa
d)Menggunakan hipotesa
e)Menggunakah ukuran objektif
f)Menggunakan teknik kuantifikasi

3. Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
a)Sistematik.
b) Logis.
c)Empirik.
d)Replikatif

2. Arti Kebenaran
Kata "kebenaran" dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak (Abbas Hamami, 1983). Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Apabila subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan, dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri. Adanya pelbagai macam kategori sebagaimana tersebut di atas, maka tidaklah berlebihan jika pada saatnya setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan lainnya.

2. Teori-teori Kebenaran
Dalam perkembangannya teori-teori kebenaran selalu berbanding sama dengan teori-teori pengetahuan. Teori-teori yang terlembaga antara lain adalah :
a)Teori Kebenaran Korespondensi
b)Teori Kebenaran Koherensi
c)Teori Kebenaran Pragmatis
d)Teori Kebenaran Performatif
e)Teori Kebenaran Sintaksis
f)Teori Kebenaran Semantis
g)Proposisi
h)Kebenaran Struktural Paradigmatik

3. Sifat Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah. Artinya suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya prosedur baku yang dilaluinya. Prosedur baku yang harus dilalui itu adalah tahap-tahap untuk memperoleh pengetahuan ilmiah --yang pada hakikatnya berupa teori-- melalui metodologi ilmiah yang telah baku sesuai dengan sifat dasar ilmu. Maksudnya adalah bahwa setiap ilmu secara tegas menetapkan jenis objek secara ketat apakah objek itu berupa hal konkret atau abstrak. Pembicaraan tentang objek secara rinci telah dijelaskan di muka. Selain itu juga, ilmu menetapkan langkah-langkah ilmiah sesuai dengan objek yang dihadapinya itu.

4. Kelemahan dan Kelebihan Berfikir Ilmiah
Berpikir bisa dikatakan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting. Karena tanpanya, manusia akan berada dalam suasana yang gelap dan hampa. Manusia tidak akan mampu mengenal lingkungan tempat dia tinggal, siapa pencipta alam jagad raya ini, bahkan ia pun tidak akan mampu mengenal dirinya dan hakikat keberadaannya di dunia tanpa melalui sebuah aktivitas berpikir.

Terlepas dari hal itu, berfikir ilmiah tetap mengandung kelemahan-kelemahan. Kelemahan metode ilmiah dapat kita lihat dari segi cakupan atau jangkauan dari kajiannya, asumsi yang melandasinya, dan kesimpulannya bersifat relatif. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a)Metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-objek material yang dapat di indera.
b)Metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan).

5. Kesimpulan
Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori Kebenaran Korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta, Koherensi bersifat rasional dan Positivistik mengabaikan hal-hal non fisik, Pragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak.
Segala hal bersifat keilmuan(ilmiah) senantiasa diidentikkan dengan sains, sehingga metode yang digunakan dalam menentukan keilmuan cenderung bersifat menyempit. Padahal realita yang didahadapi tidak selalu berhubungan dengan sains.
Apapun cara yang dipakai untuk menemukan kebenaran tergantung dengan apa yang diteliti untuk dicari kebenarannya. Karena setiap bagian dari ilmu yang diteliti mempunyai batasan-batasan dan cara yang berbeda untuk membuktikan kebenarannya.
Semoga dengan kebenaran yang didapatkan dengan metode ilmiah ini dapat memberikan manfaat yang nyata bagi kelangsungan hidup manusia dan menjaga kelestarian alam sehingga kehidupan berjalan selaras dengan kebenaran yang muncul dari metode-metode tersebut.

Pengetahuan

Pengetahuan


A.Teori Belajar
Teori belajar yang telah kita bahas meliputi teori Ausubel, Bruner, Gagne, dan teori Piaget. Ke-4 teori tersebut masing-masing memiliki kekhususan, teori Ausubel, misalnya menekankan pada belajar bermakna. Pada belajar bermakna siswa dapat mengasimilasi pada belajar bermakna secara penerimaan, materi pelajaran disajikan dalam bentuk final, sedangkan pada belajar bermakna secara penemuan, siswa diharapkan dapat menemukan sendiri informasi konsep atau dari materi pelajaran yang disampaikan. Belajar bermakna dapat terjadi jika siswa mampu mengkaitkan materi pelajaran baru dengan struktur kognitif yang sudah ada. Struktur kognitif tersebut dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.

B. Lompatan Paradigmatik (Khun) Merton
1)PARADIGMA DAN KONSTRUKSI KOMUNITAS ILMIAH
Temuan-temuan Khun kemudian diterbitkan dalam karyanya The Structure of Scientific Revolutions, yang memang cukup mengguncang dominasi paradigma positivistic. Dalam bukunya itu, ia menyatakan bahwa ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka-teki yang bekerja di dalam pandangan dunia yang sudah mapan. Menurut Thomas S. Kuhn, paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.Dengan memakai istilah “paradigma”, ia bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiah nyata termasuk di dalamnnya hukum Teori Aplikasi dan instrumentasi, yang menyediakan model-model, yang menjadi sumber komsistensi dari tradisi riset ilmiah tertentu.
Menurut Kuhn, tradisi-tradisi inilah yang oleh sejarah ditempatkan di dalam rubrik-ribrik seperti “Ptolemaic Astronomy” (ataucopernican), ”Aristotelian dynamic” (atau Newtonian),“corpuscular optics” (atau wave optics) dan sebagainya.
Pandangan Kuhn ini telah membuat dirinya tampil sebagai prototype pemikir yang mendobrak keyakinan para ilmuwan yang bersifat positivistik. Pemikiran positivism memang lebih menggaris bawahi validitas hukum-hukum alam dan hukum sosial yang bersifat universal, yang dapat dibangun oleh rasio. Mereka kurang berminat untuk melihat faktor historis yang ikut berperan dalam aplikasi hukum-hukum yang dianggap sebagai universal tersebut.

Fokus pemikiran Kuhn ini memang menentang pendapat golongan realis yang mengatakan bahwa sains-fisika dalam sejarahnya berkembang melalui pengumpulan fakta-fakta bebas konteks. Sebaliknya ia menyatakan bahwa perkembangan sains berlaku melalui apa yang disebut paradigma ilmu. Menurut Kuhn, paradigma ilmu adalah suatu keraangka teoritis, atau suatu cara memandang dan memahami alam, yang telah digunakan oleh sekelompok ilmuwan sebagai pandangan dunia (world view) nya. Paradigma ilmu berfungsi sebagai lensa yang melaluinya ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah tersebut.

2)PROSES PERKEMBANGAN ILMU
Menurut Kuhn, proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia tidak dapat terlepas sama sekali dari apa yang disebut –keadaan-“normal science” dan “revolutionary science”. Semua ilmu pengetahuan yang telah tertulis dalam texboook adalah termasuk dalam wilayah “sains normal”(normal science). Sains normal bermakna penyelidikan yang dibuat oleh suatu komunitas ilmiah dalam usahanya menafsirkan alam ilmiah melalui paradigma ilmiahnya.

Sains normal adalah usaha sungguh-sungguh dari ilmuwan untuk menundukkan alam masuk ke dalak kotak-kotak konseptual yang disediakan oleh paradigma ilmiah dan untuk menjelaskan , diumpamakan sains normal itu sebagai Sesuatu yang dapat menyelesaikan masalah teka-teki. Sebagaimana penyelasaian-penyelesaian masalah teka-teki yang menggunakan gambar pada kotak untuk membimbingnya dalam menyelesaikan teka-teki itu, maka suatu paradigma ilmiah memberi komunitas ilmiah suatu gambaran tentang bagaimana sepatutnya bentuk dunia ilmiah mereka , yang dengan begitu semua serpihan-serpihan penyelidikan ilmiah digabungkan satu sama lain. Kemajuan sains normal diukur menurut banyaknya serpihan dari teka-teki yang dikumpulkan (yakni berapa banyak lingkungan ilmiah yang dapat diamati dan dipahami oleh komunitas ilmiah). Jadi pada dasarnnya, paradigma berkaiatan erat dengan sains normal.
Dalam wilayah “normal science” ada banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan atau terinkonsistensi. Hal ini oleh Kuhn disebut anomolies, keganjilan-kaganjilan, ketidaktepatan, ganjalan-ganjalan atau penyimpangan yang biasa terjadi dan dirasakan oleh para pelaksana di lapangan. Karena terkurung oleh rutinitas, para praktisi sering tidak menyadari adanya anomali yang melekat dalam wilayah “normal science”. Anomalies tidak dapat dipecahkan secara tuntas dalam wilayah “normal science”. Hanya kalangan peneliti serius, pengamat dan kritikus yang secara relatif mengetahui adanya anomalies tersebut . Mereka inilah para pelaku dari apa yang disebut sains luar biasa. Suatu komunitas ilmiah mulai mengumpulkan data yang tidak sejalan dengan pandangan paradigma mereka dengan alam. Jika paradigma tidak sempurna, maka ini akan memasuki keadaan krisis. Usaha untuk menyelesaikan krisis adalah proses sains luar biasa. Krisis adalah suatu mekanisme koreksi diri yang memastikan bahwa kekakuan pada fase sains normal tidak akan berkelanjutan. Jika anomolies yang kecil-kecil itu terakumulasi dan menjadi begitu akut dan suatu saat ditemukan penyelesaiannya oleh para ilmuwan. Artinya suatu komunitas ilmiah dapat menyelesaikan keadaan krisisnya dengan menyususn diri di sekeliling paradigma baru, maka oleh Kuhn ini dinamakan “revolusi sains” (revolutionary science).

B. Paradigma Merton
Robert King Merton lahir di Philadelphia pada tahun 1910 dan wafat pada tahun 2003. Dilahirkan dari kelas pekerja, Merton merupakan imigran Yahudi Eropa Barat. Merton mendapatkan pendidikan di South Philadelphia High School, dan mendapatkan pengarahah serta memulai karir di bidang sosiologi di bawah asuhan George E. Simpson di Temple University pada tahun 1927 hingga 1931, dan Pitirim A. Sorokin di Harvard University pada tahun 1931 hingga 1936. Meskipun dalam bidang akademik Merton banyak menerima anugrah dari berbagai universitas di seluruh dunia, namun karir percintaan Merton tidaklah semulus karir akademiknya. Merton tercatat dua kali menikah dan memiliki tiga orang anak, salah satunya adalah penerima Nobel di bidang Ekonomi, Robert C. Merton. Sewaktu kecil, Merton sering berkunjung ke Perpustakaan Carnegie yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Intensitas kedatangan Merton kecil inilah yang menarik perhatian George E. Simpson, dan kemudian menjadikan Merton sebagai asisten dalam berbagai riset yang dilakukannya. Sorokin menjadi pendorong utama bagi Merton untuk menyelesaikan studinya di Harvard, dan menjadikan Merton sebagai asisten utama dalam pengajaran dan penelitian. Tahun 1931, Merton lulus dari Temple College di Philadelphia dan langsung mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Harvard University. Tahun 1936, Merton mendapatkan gelar doktor setelah mempertahankan desertasinya di bawah bimbingan George Sarton dengan tema “Science, Technology, and Society in Seventeenth-century England”. Merton banyak mengeksplorasi berbagai isu pada sekitar tahun 1930-an. Pada era itu, Merton lebih banyak memfokuskan pada konteks sosial dari sains dan teknologi, khususnya wilayah Inggris pada abad ke-17. Bidang kajian Merton semakin bertambah, di mana ia mulai mengeksplorasi berbagai tema seperti perilaku menyimpang, perilaku birokrasi, dan kompleksitas komunikasi pada masyarakat modern, dan semua itu ia laksanakan pada tahun 1940-an. Pada dasawarsa selanjutnya, Merton mengeksplorasi peran intelektual dalam birokrasi, unit dasar dari struktur sosial, peran dan status, hingga model dasar yang diadopsi oleh banyak orang sebagai sumber nilai dan basis untuk penilaian diri. Kajian Merton mengenai hal-hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengherankan, mengingat ia hidup pada era di mana kajian fungsionalis ala Parson sedang menjadi trend, meskipun pada era 1960-an kajian fungsionalisme telah kehilangan momentum yang membuatnya happening pada masa lalu. Model-model fungsionalis-struktural yang dinisbahkan kepada Parson boleh jadi mencapai masa keemasan pada era Merton. Hal penting yang harus diperhatikan adalah fakta bahwa Merton dipengaruhi oleh Parson karena Merton merupakan salah satu murid Parson. Memang benar bahwa Merton tidak hanya dipengarhui oleh Parson, namun juga oleh P.A. Sorokin, L.J Henderson, E.F Gay, dan George Simmel. Karir akademik Merton dapat dikatakan sangat bagus. Dari tahun 1936-1939 Merton menjadi pengajar di Harvard, tahun 1939-1941 menduduki posisi professor di Tulane University di New Orleans. Tahun 1941, Merton mengajar di Colombia University dan tetap berada di sana selama 38 tahun. Setelah pensiun pada tahun 1979-1984, Merton tetap aktif sebagai Special Service Proffessor, dan mengundurkan diri dari kegiatan mengajar pada tahun 1984. Sepanjang tahun itu hingga kematiannya tahun 2003, Merton lebih memfokuskan pada kegiatan di luar mengajar, di samping adanya fakta yang tidak dapat disangkal bahwa sepanjang hidupnya Merton telah mendapatkan gelar doktor kehormatan lebih dari 20 universitas di seluruh dunia.

C. Program Penelitian
Mengacu pada lima program utama Badan Litbang Pertanian, 13 subprogram, dan mandat penelitian maka BALITPA menyusun Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tinggi dan Strategis Komoditas pada Sub-Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tinggi dan Strategis Tanaman Pangan. Berdasarkan Sub-Program tersebut pada tahun 2005-2009, program penelitian Balitpa dipilah ke dalam program:
I. Pengelolaan Sumberdaya Genetik Padi,
II. Pengembangan Padi Unggul Spesifik,
III. Pengembangan Padi Hibrida,
IV. Pengembangan Padi Tipe Baru, dan
V. Diseminasi dan Promosi Hasil Penelitian.

Pengelolaan Sumberdaya Genetik Padi.Konservasi dilakukan terhadap varietas lokal, varietas unggul, varietas introduksi dan padi liar, dengan menyimpan benih varietas-varietas tersebut dalam ruangan bersuhu < 5oC dan secara periodik dilakukan rejuvinasi di lapangan. Selama rejuvinasi, dilakukan karakterisasi terhadap sumberdaya genetik tersebut secara bertahap, terutama dari aspek morfologi, fisiologi, fisiko kimia mutu, ketahanan terhadap hama penyakit, dan toleransi terhadap cekaman lingkungan abiotik. Untuk genotipe yang eksotik akan dilengkapi dengan informasi genetiknya. Data yang diperoleh dihimpun dalam bentuk pangkalan data, sehingga memudahkan pemulia tanaman dalam memilih tetua bahan persilangan dalam membentuk varietas unggul baru.

Aksiologi Ilmu Pengetahuan

Aksiologi Ilmu Pengetahuan


A.Dasar-Dasar Aksiologi
Pengertian Aksiologi menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai dan logos berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumantri (1987 : 234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia (1995 : 19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Dihadapkan dengan masalah moral dan ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi kedalam dua golongan pendapat, yaitu :
1.Golongan yang berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologism maupun aksiologi. Dalam hal ini ilmuwan hanyalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, apakah akan digunakan untuk tujuan yang baik ataukah untuk tujuan yang buruk. Golongan ini ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total, seperti pada waktu era Galileo.
2.Golongan yang berpendapat bahwa netralisasi ilmu hanyalah terbatas pada metafisika keilmuwan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-nilai moral.

B.Ilmu Sebagai Asas Berfikir
Sebagian besar orang-orang sering menuangkan pikiran nya kedalam bentuk tulisan, perkataan, obrolan, isyarat dan lain sebagainya. Pikiran yang disampaikan itu tentu beraneka ragam adanya, ada yang kelihatannya bagus dan masuk akal, Ada juga yang kelihatan bagus tapi tidak masuk akal, ada juga yang kelihatannya tidak bagus tapi masuk akal dan ada juga yang tidak bagus dan tidak masuk akal pula Sekarang bagaimana cara kita untuk membedakan manakah buah pikiran yang bagus dan manakah buah pikiran yang ngaco? Untuk membedakannya kita bisa menggunakan atau menerapkan  patokan-patokan dan hukum-hukum logika yang sudah ada. Hukum, patokan dan rumus logika sering juga disebut dengan Asas Berpikir. Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti, atau bisa juga disebut sebagai pondasinya sesuatu dimana sesuatu itu bermula. Dalam hal “asas pemikiran” , maka yang disebut dengan asas pemikiran adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benar nya suatu pemikiran tergantung kepada salah benarnya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu.

C. Ilmu Sebagai Asas Moral
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :

a. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.

b. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik.

D. Tanggung Jawab Ilmuan Muslim Modern
Dialah Ibnu Ismail Al Jazari (1136-1206), penemu konsep robotika modern. Al Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin robot.

”Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin” (Donald Hill).

Kalimat di atas merupakan komentar Donald Hill, seorang ahli teknik asal Inggris yang tertarik dengan sejarah teknologi, atas buku karya ahli teknik Muslim yang ternama, Al-Jazari. Al Jazari merupakan seorang tokoh besar di bidang mekani dan industri. Lahir dai Al Jazira, yang terletak diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Sungai tigris dan Efrat.Al-Jazari merupakan ahli teknik yang luar biasa pada masanya. Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad kedua belas. Ibnu Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan sebagai Bapak Modern Engineering berkat temuan-temuannya yang banyak mempengaruhi rancangan mesin-mesin modern saat ini, diantaranya combustion engine, crankshaft, suction pump, programmable automation, dan banyak lagi.

Wacana Filsafat Ilmu I

Wacana Filsafat Ilmu


A. Islamisasi Sain
Rekonstruksi Sains. Metodologi sains baru yang akan digunakan dalam rekonstruksi sains baru akan dicoba dirumuskan dengan meninjau beberapa komponen-komponen penyusun “sistem sains”. Sistem sains ini dapat dikatakan dikembangkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Pertanyaan nalar pertama adalah tentang pengalaman manusia bersentuhan, melihat, dan mendengar benda-benda dan gejala-gejala tangible tercandra di luar dirinya.
 Apa nama benda-benda dan gejala-gejala tangible yang tercandra yang ada di sekitar saya ? (definition problem)
 Bagaimanakah hubungan-hubungan yang paling mungkin (most probable relationship) antara benda-benda atau gejala-gejala tercandra ini ? (scientific problem)
 Bagaimanakah saya bisa memanfaatkan hubungan-hubungan ini untuk kepentingan saya ? (technological problem)
Hubungan antara pengamat dan amatan cukup jelas. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pertama ini menghasilkan pengetahuan, ilmu, dan teknologi. Namun penting untuk segera dicatat, bahwa pertanyaan-pertanyaan tentang nama-nama benda, dan apalagi tentang dirinya sendiri sebagai manusia (pertanyaan eksistensial) tidak sepenuhnya bisa dijawab oleh diri manusia sendiri, semata-mata karena bahasa bukanlah gejala kesepakatan antar manusia, serta eksistensi manusia bukan hasil rekayasa dan keputusannya sendiri.
Komponen sains kedua menyangkut manusia –tentu pertama tentang dirinya sendiri-, yaitu tentang perasaan (emosi) (intangible, tapi tercandra), sebuah refleksi seseorang atas pengalaman emosionalnya. Domain sains ini memiliki hirarki yang lebih tinggi daripada domain sains sebelumnya.

Berbeda dengan pengetahuan, perasaan menimbulkan kehendak (karsa, kemauan) yang menggerakkan manusia, sedangkan pengetahuan tidak. Jawaban atas pertanyaan nalar kedua ini menghasilkan, mungkin salah satu yang terpenting, ilmu manajemen –disamping psikologi-, yaitu sebuah cara menggerakkan sekelompok manusia untuk melakukan aktifitas-aktiftas terencana demi mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Berbeda dengan pertanyaan nalar pertama, pertanyaan nalar kedua ini sudah memasuki persoalan “choice” atau “decision”. Inilah yang menyebabkan realitas manusia itu tidak tunggal, melainkan buah pilihan emosionalnya. Subyektifitas atau kesadaran manusia dimulai di tahap pilihan-pilihan emosional ini. Manusia dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan memilih emosi-emosi positif yang menguntungkan dirinya.

Spiritualitas dan Bahasa
Pertanyaan nalar keempat adalah tentang spiritualitas, yaitu siapakah manusia (dirinya sendiri) ini ? Jawaban atas pertanyaan ini memberi pijakan bagi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan moral. Nalar tidak mampu menjawab pertanyaan ini. Manusia tidak memiliki kapasitas untuk menjawab persoalan definisi diri (self-definition atau identity problem) ini. Pencarian tentang siapa dirinya ini telah dicoba dilakukan melalui eksperimentasi sejarah (manusia) yang panjang dengan bahan baku eksperimennya adalah manusia beberapa generasi.

Pertanyaan spiritualitas ini mengantar kita pada pertanyaan di sekitar rumusan pertanyaan itu sendiri. Kata-kata dan susunannya dalam sebuah kalimat itu pertama-pertama harus dianggap sebagai sebuah sistem aksiomatika (kerangka asumsi) dasar yang diyakini kebenarannya oleh penanya, namun biasanya tidak disebutkan secara eksplisit. Bahasa dengan demikian memberi jawaban bagi boundary value problem ini. Jika pertanyaan-pertanyaan nalar ini tersusun oleh kata dan kalimat, apakah manusia memiliki otoritas atas bahasa yang dipakainya untuk mengajukan pertanyaan atau melakukan proses penalaran ? apakah bahasa merupakan gejala kesepakatan manusia ? apakah bahasa merupakan gejala penaklukan ?

Sejarah manusia menunjukkan bahwa bahasa merupakan gejala penaklukan. Bangsa yang lebih unggul akan memaksakan (secara kekerasan atau tidak) bahasa mereka pada bangsa yang ditaklukkan. Adaptasi atau penyerapan bahasa asing ke dalam sebuah bahasa lainnya menunjukkan bahwa bangsa kedua ditaklukkan oleh bangsa pertama. Proses pembelajaran bahasa dalam interaksi ibu-anak jelas-jelas menunjukkan bahwa bahasa merupakan gejala penaklukkan, penaklukan oleh sebuah eksistensi yang lebih tinggi kepada eksistensi yang lebih rendah.
Jika bahasa merupakan alat berpikir manusia, maka bahasa akan menunjukkan tingkat kemajuan pemikiran bangsa pemakai bahasa tersebut. Di samping ada gejala rumpun bahasa (misalnya saja antara alif dan alfa, manakah yang lebih dulu diciptakan ? bangsa arab mengadopsi bangsa Yunani, atau sebaliknya ?), bahasa jelas bukan merupakan gejala kesepakatan.

Paradigma Sains Alternatif
Dalam tulisan ini diajukan sebuah paradigma sains alternatif. Untuk tujuan ini harus dikatakan, bahwa kata “iman” dan beragam bentuk turunannya amat banyak dibicarakan dalam al Qur’an, sehingga sesungguhnya lebih layak dipakai sebagai basis sains daripada kata “tauhid” yang sama sekali tidak dipakai dalam Al Qur’an. Bahkan jibril seolah membagi Al Qur’an ke dalam sebuah sistematika tertentu, yaitu iman, islam, ihsan, dan sa-ah.

Al Qur’an harus dipandang sebagai kerangka sistem aksiomatika ilmu -terutama ilmu sosial- karena tidak ada keraguan di dalamnya (la rayba fii hi), bahkan memberi penjelasan atas segala sesuatu (tibyaanan li kulli syai’in). Al Quran tersusun oleh kerangka teoretik ilmu-ilmu sosial (ayat-ayat muhkamaat), sedangkan lainnya merupakan penjelasan kerangka teori ilmu-ilmu sosial tersebut yang disajikan melalui perumpamaan-perumpamaan astronomi, biologi, fisika, dsb. (ayat-ayat mutasyaabihaat). Jadi, perbedaan antara muhkamat dan mutasyabihat adalah perbedaan antara isi/kandungan dengan bungkus/kandang, bukan anatara ayat yang jelas dan yang tidak jelas. Sebab jika hal ini menyangkut ayat-ayat yang jelas dan tidak jelas, kedudukan Al Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup tidak bisa lagi dipertahankan.
Al Qur’an sendiri mengajukan definisi sains, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Ar Rachman. Lima ayat pertama surat Ar Rachman memberi definisi sains alternatif, yaitu saat mendefinisikan al bayyan sebagai rangkaian informasi dari Allah swt. tentang astronomi, biologi, dan kehidupan sosial.

Model kognitif atau metodologi sains alternatif bisa dirumuskan dengan memperhatikan surat Yunus : 5 yang menggambarkan metodologi sains ini melalui perumpaman astronomi. Jika realisme dan naturalisme dapat diibaratkan sebagai sebuah metode gerhana bulan (moon eclipse) , dan idealisme sebagai gerhana matahari (sun eclipse), maka metodologi alternatif ini adalah metode non-gerhana. Jika bulan melambangkan manusia, bumi melambangkan alam, dan matahari melambangkan Sang Pencipta, maka gerhana bulan menggambarkan penyembahan manusia atas alam semesta, sedangkan gerhana matahari menggambarkan penuhanan manusia atas dirinya sendiri.

Penuhanan diri sendiri yang sering dilakukan oleh para pemimpin agama gadungan digambarkan Qur’an melalui upaya-upaya kadzdzaba, yaitu “yaktubuuna al kitaaba bi aydii-him, tsumma yaquluuna haadza min ‘indillah, liyastaruu bihi tsmanan qaliilan”. Sementara penuhanan pada alam dilakukan oleh para saintis melalui proses-proses “pencurian” ilmu (tawallay), dengan mengatakan “penemuanku” daripada mengatakan “sunnatullah”.

Kesimpulan
Dalam rangka keluar dari krisis manusia modern sebagai krisis ilmu ini, ummat Islam perlu bekerja keras untuk membangun kerangka paradigmatik sains alternatif, dengan ciri pokok sebagai berikut :

1.Menjadikan Al Qur’an sebagai sebuah sistem aksiomatika sains sosial (sunnaturasul).

2.Sains alam (ayat-ayat mutasyabihaat) menyediakan data-data penjelasan bagi sains sosial (ayat-ayat muhkamaat) –sosiologi, ekonomi, politik, sejarah. Sains sosial berada dalam hirarki ilmu yang lebih tinggi daripada sains alam.
3.Ilmu dikembangkan dengan model kognitif atau metodologi non-gerhana, sebut saja metode “ibda’ bismillah wa akhir ha bil hamdulillah) di mana Allah swt sebagai wakil, manusia sebagai mutawakkil, dan alam sebagai ladang pengabdian manusia pada Allah swt yang senantiasa dilakukan “dengan asma Allah (bi-ismi-Allah), dan diakhiri dengan “sikap menyanjung kehidupan menurut ilmu Allah (al-hamdu lillah)”.

Wacana Filsafat Ilmu II

Wacana Filsafat Ilmu
Sub BAB II

A.Refleksi Teknologi Informasi Dulu
Medan (ANTARA News) - Menteri Agama menyatakan bahwa perkembangan teknologi
informasi yang semakin agresif dewasa ini, merupakan tantangan bagi semua elemen
baik tokoh-tokoh agama maupun orangtua dalam mendidik anak. "Kekuatan informasi melalui teknologi yang modern dan canggih, selain untuk dipergunakan bagi kepentingan yang positif, tidak sedikit juga dipergunakan untuk kepentingan yang negatif," kata Suryadharma Ali saat membuka Tabligh Akbar dan Harlah Al-Ittihadiyah di Medan, Sumatra Utara, Minggu. Ia mengatakan, informasi dari belahan dunia mana pun dengan isi segala materinya sangat mudah menyebar dan merasuk keruang-ruang kesadaran masyarakat melalui kemajuan teknologi informasi.
Nilai- nilai yang dulu dianggap sakral, kini mulai bergeser menjadi hal yang dianggap tidak memiliki makna lagi. Dengan teknologi informasi siapa pun bias menjadi berita dan siapa pun dapat menyerapnya tanpa filter dan saringan yang memadai.
Sebagai contoh nyata, perkembangan jejaring sosial di Internet seperti facebook
dan Twitter tanpa disadari telah membentuk budaya hidup baru. Tentunya fenomena
ini mengandung manfaat seperti jaringan silaturahmi dan menyebarkan nilai-nilai
positif lainnya. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa hal tersebut juga membentuk sikap dan
prilaku negatif masyarakat.

B. Refleksi Teknologi Informasi Kini
Dukungan Internet
Sudah tentu, yang paling bertanggung jawab atas pesatnya dunia IT adalah perkembangan internet yang begitu cepat. Hadirnya internet membuat segalanya serba cepat. Masyarakat yang membutuhkan informasi-informasi mengenai bisnis, pendidikan, komersial hingga hiburan kini dimudahkan dengan internet.
Aktivitas-aktivitas manual yang dahulu di-cover oleh jasa telekomunikasi seperti transaksi bisnis, pembayaran uang pendidikan, pembelian jarak jauh serta pengajaran jarak jauh dan lainnya saat ini telah beralih menggunakan internet. Hal ini kemudian memunculkan berbagai istilah seperti e-commerce, tele-shopping, e-learning, e-banking, e-business, EDI, video conference, video on demand, multimedia dan e-govemment. Internet memang memberikan akselerasi yang luar biasa terhadap konvergensi antara jasa telekomunikasi dan jasa teknologi informasi atau IT services. Pada akhirnya, konvergensi antara layanan telekomunikasi dan IT telah memunculkan beragam layanan yang tentunya dibutuhkan masyarakat. Bentuk layanan dan informasi tersebut terbukti telah mendorong berkembangnya teknologi jaringan telekomunikasi berdasarkan kriteria yang beragam pula, seperti masalah keamanan, keandalan, kecepatan, cakupan, personalitas, portabilitas, dan harga. Maka muncullah teknologi-teknologi seperti IN, ISDN, frame relay, ATM, SDH, HFC, GSM, CDMA, ADSL hingga pada teknologi satelit. Kemudian, teknologi terbaru yang muncul antara lain layanan 3G, Wimax, WIFI, xDSL dan lain-lain.

C. Refleksi Teknologi Informasi Esok
      Kemajuan pendidikan menentukan maju tidaknya sebuah bangsa. Itulah konsep yang dipahami hampir seluruh bangsa  di berbagai belahan dunia. Sehingga banyak negara yang telah berhasil ‘melompat' melewati berbagai hadangan krisis dan ketertinggalan menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam membangun kembali bangsanya. Singapura, Jepang, Thailand, Vietnam, China, Korea Selatan, dan Malaysia adalah beberapa contoh nyata Negara yang memberikan perhatian sangat tinggi terhadap sektor pendidikan. Badai krisis global yang menghantam di tahun 1997 tidak membuat mereka berlama-lama dalam keterpurukan. Dan pendidikan adalah satu kunci utamanya.

            Pendidikan -sebagai sebuah proses dalam sebuah bangsa- mengalami perkembangan di berbagai sisi. Sebagai bagian dari budaya -demikian saya menyimpulkan- ia tak lepas dari faktor-faktor yang melingkupinya. Jelas, sistem pendidikan di era tahun 1900-an sangat berbeda dengan sistem pendidikan di era 2000-an seperti sekarang ini. Sebagaimana Tofler menyatakan, telah terjadi pergeseran "Traditional Age" - ditandai dengan tatanan masyarakat agraris-  ke "Industrial Age" -antara tahun 1600-an hingga pertengahan 1900-an dan dipicu oleh ditemukannya mesin uap- dan akhirnya " Information Age"-ketika teknologi tinggi mampu memenuhi berbagai kebutuhan manusia-, maka sistem pendidikan mutakhir pada akhirnya bergeser dari paradigma konvensional -dimana man, material, machine, dan money sebagai modal utama- menuju paradigma modern dengan informasi sebagai modal utamanya. Dengan istilah sederhana : siapa yang menguasai informasi maka akan memenangkan kompetisi. Lalu bagaimana dengan pendidikan Indonesia ?

Pendidikan Indonesia
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sementara Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.(UU.No. 20/2003).
Dalam Rencana Strategi Pendidikan Nasional (RENSTRA), kebijakan pokok pendidikan nasional terdiri dari :Pemerataan dan Perluasan Akses, Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing, serta Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik. Adapun Visi Pendidikan Nasional sebagai berikut: Terwujudnya sistem Pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF (Insan Kamil / Insan Paripurna)
Pemerintah rupanya telah makin menyadari bahwa untuk mewujudkan visi tersebut, satu hal yang mesti diwujudkan adalah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society). Untuk mewujudkannya, pemanfaatan iptek sebagai penggerak utama (prime mover) terus diupayakan dengan memfasilitasi peningkatan indeks pemanfaatan teknologi tersebut. Di sinilah konvergensi IT dan telekomunikasi secara taken for granted diakui mampu memberi peran lebih dalam peningkatan kemajuan pendidikan bangsa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah produk terbaru pemerintah dalam upaya mempercepat pencapaian tujuan pendidikan. Berbagai pembaharuan dilakukan sebagai respon atas perubahan iklim belajar di era modern. Negara-negara lain telah melakukan revolusi konstruksi sistem belajar sebagai upaya menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif dengan memanfaatkan kemajuan dan konvergensi IT dan telekomunikasi, sehingga -meski dapat dikatakan terlambat- pemerintah pun berupaya mengejar ketertinggalan dengan sistem KTSP ini.
Sistem pembelajaran pun perlahan mulai bergeser dari pembelajaran kelas menjadi pembelajaran terbuka. Para guru adalah fasilitator sementara para siswa adalah objek sekaligus subjek sistem belajar itu sendiri. Demokratisasi pendidikan mulai beranjak dari hegemoni guru -sebagai satu-satunya sumber pengajaran- ke berbagai varian sumber sesuai eksplorasi siswa. Dan perkembangan IT dan telekomunikasi pada akhirnya menjadi satu media belajar, subjek sekaligus objek studi yang unlimited, penuh ilmu pengetahuan baru yang belum bisa dilakukan di era sebelumnya. Konvergensi IT dan telekomunikasi  pun makin memberi peran bagi proses pembelajaran siswa.


D.Penutup
            Dunia pendidikan telah berubah ke arah yang lebih modern  seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan budaya, dan tuntutan kompetisi global. Pemerintah telah merespon dengan merubah paradigma dan sistem pembelajaran melalui RENSTRA, operator telekomunikasi dan perangkat IT juga melakukan program-program pemanfaatan konvergensi IT dan telekomunikasi  bagi pendidikan. Internet adalah satu produk teknologi yang saat ini sangat berperan, digunakan banyak user, sekaligus mampu memberi layanan yang mampu dan akseleratif demi mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain.

            Teknologi IT dan telekomunikasi, bagaimanapun adalah sebatas media. Yang terpenting adalah bagaimana para manusianya berperan proaktif mendaya-gunakan semua potensinya untukkemajuan dunia pendidikan.  Demi kemajuan pendidikan, demi kemajuan bangsa,.  Sebagaimana Edwart Teller katakan :  ‘Ilmu pengetahuan pada hari ini akan menjadi teknologi hari esok'.

Aplikasi Teoritis

Aplikasi Teoritis


Metodologi Penelitian Informatika
Istilah Informatika diturunkan dari bahasa Perancis informatique, yang dalam bahasa Jerman disebut Informatik. Sebenarnya, kata ini identik dengan istilah computer science di Amerika Serikat dan computing science di Inggris (Wiki, 2008). Di Indonesia istilah tersebut dikenal sebagai Ilmu Komputer atau Teknik Informatika. Istilah ini kedua-duanya dipakai di berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia untuk menamai fakultas, jurusan, atau program studi dalam menjalankan misi akademisnya.
Teknik Informatika/ Ilmu Komputer merupakan ilmu yang mempelajari landasan teoritis komputasi dan informasi serta penerapannya dalam sistem komputer termasuk perangkat keras maupun perangkat lunak. Ilmu Komputer mencakup beragam topik yang berkaitan dengan komputer, mulai dari analisis abstrak algoritma sampai subjek yang lebih konkret seperti bahasa pemrograman, perangkat lunak, dan perangkat keras (Wiki, 2008).

Pengertian Metodologi Penelitian Ilmu : Suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi
Penelitian : Suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu masalah.

Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
Kebenaran : Umumnya suatu kebenaran ilmiah dapat diterima karena ada 3 alasan:
1. Adanya koheran/Konsisten : Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheran/konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Mis. Ayam akan mati.
2. Adanya koresponden: suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai koresponden dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Mis. Ibu kota RI adalah Jakarta. 3. Pragmatis: Pernyataan dipercayai benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu pernyataan atau suatu kesimpulan dianggap benar jika pernyataan tersebut mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
Kebenaran Non Ilmiah: Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah, kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah seperti:
a. Penemuan kebenaran secara kebetulan
b. Penemuan kebenaran secara akal sehat
c. Penemuan kebenaran melalui wahyu
d. Penemuan kebenaran secara intuitif
e. Penemuan kebenaran secara trial dan error
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan

Rummel menggolong –golongkan taraf-taraf perkembangan metodologi Research dalam 4 periode antara lain:
1. Periode Trial and Error : orang berusaha mencoba dan mencoba lagi sampai diperoleh suatu pemecahan yang memuaskan.
2. Periode Authority and tradition: Pendapat para pemimpin dijadikan doktrin yang harus diikuti tanpa sesuatu kritik, the master always says the truth, meskipun belum tentu pendapat itu benar.
3. Periode Speculation and Argumentation. Diskusi dan debat diadakan untuk mencari akal dan ketangkasan. Benar kalau dapat diterima oleh akal.
4. Periode Hypothesis and Experimentation: Semua peristiwa dalam alam ini dikuasai oleh tata-tata dan mengikuti pola-pola tertentu. Orang berusaha mencari rangkaian tata untuk menerangkan sesuatu kejadian.

Bagi Penyelidik diperlukan syarat-syarat sbb:
a. Kompoten, secara teknis menguasai dan mampu menyelenggarakan riset ilmiah
b. Objektif, tidak mencapur adukkan pendapat sendiri dengan kenyataan.
c. Jujur, tidak memasukkan keinginan-keinginan sendiri kedalam fakta
d. Factual, hanya bekerja jika ada fakta
e. Terbuka, bersedia memberikan bukti atau memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
menguji kebenaran proses dan atau hasil peneyelidikannya.


Tugas-Tugas Ilmu Pengetahuan
Pertama: adalah dorongan ingin tahu (curiosity) yang dimiliki oleh semua manusia normal
Keuda adalah keinginan praktis dari pengetahuan yang diperoleh dari perenungan dan penyelidikan-penyelidikan

Dalam terminology ilmiah tugas-tugas ilmu pengetahuan sbb:
1. Tugas Exsplantif/tugas mengadakan Explanation (tugas menerangkan gejala-gejala alam). Tujuan pokok dari penyelidikan-penyelidikan ilmiah tidak semata-mata untuk melukiskan (menggandakan deskripsi) gejala-gejala melainkan juga menyediakan keterangan-keterangan tentang gejala-gejala itu.
2. Tugas Prediktif/tugas mengadakan prediction (tugas meramal kejadian-kejadian alam dimasa depan)
3. Tugas Kontrol atau tugas mengadakan Kontrol (Tugas mengendalikan peristiwa-peristiwa yang bakal datang) Ilmu pengetahuan tidak hanya bertugas membeberkan kejadian-kejadian dan menyediakan hokum atau dalil untuk meramalkan kejadian-kejadian dimasa depan, tetapi juga bertugas mengontrol kejadian-kejadian yang makin banyak jumlahnya, yang dimaksud dengan mengontrol atau mengendalikan adalah mempermainkan kondisi-kondisi untuk menimbulkan kejadian-kejadian yang diinginkan.

Jenis-Jenis Penelitian:
1. Penggolongan menurut bidangnya : Riset Ekonomi, Riset Teknik
2. Penggolongan menurut tempatnya: Riset Kepustakaan
3. Penggolongan menurut pemakaiannya
4. Penggolongan menurut tujuan umumnya Research Exploratif, Research Developmental